Jakarta – Pemimpin kelompok perlawanan Afghanistan yang melancarkan pertempuran sengit melawan Taliban di Lembah Panjshir menyatakan bersedia untuk melakukan perundingan damai.
Tawaran itu muncul saat kelompok anti-Taliban tersebut mengalami kekalahan besar dalam pertempuran akhir pekan lalu dan seorang jenderalnya tewas, seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Ahmad Massoud mengatakan ia mendukung sebuah rencana yang diajukan para ulama untuk penyelesaian konflik dengan negosiasi, dan meminta Taliban mengakhiri serangan mereka.
Sebelumnya, laporan menunjukkan Taliban dengan cepat mendapat kemajuan di Panjshir.
Provinsi di utara Ibu Kota Kabul itu adalah contoh paling menonjol dari perlawanan terhadap pemerintahan Taliban.
Kelompok Islamis itu menguasai seluruh Afghanistan tiga pekan lalu. Mereka mengambil alih kekuasaan di Kabul pada 15 Agustus, menyusul kolapsnya pemerintahan yang disokong oleh Barat.
Dalam sebuah kiriman di Facebook, Massoud mengatakan bahwa Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF), yang beranggotakan mantan anggota pasukan keamanan Afghanistan dan milisi lokal, akan siap untuk berhenti berperang jika Taliban menghentikan serangan mereka.
NRF “mengusulkan bahwa Taliban menghentikan operasi militer di Panjshir…dan menarik pasukan mereka. Sebagai balasan, kami akan memerintahkan pasukan kami untuk tidak melancarkan aksi militer,” demikian seperti yang dikutip AFP.
Belum ada tanggapan langsung dari Taliban.
Panjshir, sebuah lembah pegunungan yang terjal, adalah tempat tinggal bagi antara 150.000 dan 200.000 orang. Tempat itu adalah pusat perlawanan ketika Afghanistan di bawah pendudukan Soviet pada 1980-an dan selama periode pemerintahan Taliban sebelumnya, antara 1996 dan 2001.
Handout via ReutersMullah Baradar (pertama dari kanan) bersama Martin Griffiths pemimpin Taliban lainnya di Kabul.
NRF mengatakan juru bicaranya Fahim Dashti dan seorang komandan, Jenderal Abdul Wudod Zara, telah tewas dalam pertempuran, sementara seorang jenderal Taliban terkemuka dan 13 pengawal juga tewas.
Sebelumnya, Taliban mengatakan pasukan mereka sekarang berada di ibu kota provinsi, Bazarak, di mana mereka mengakibatkan “banyak orang tewas”, meskipun ini dibantah oleh NRF.
Sementara itu di Kabul, utusan khusus PBB untuk kemanusiaan Martin Griffiths bertemu dengan para pemimpin Taliban dan mendesak mereka untuk melindungi semua warga sipil, terutama perempuan, anak perempuan, dan kelompok minoritas. Ia berfoto dengan Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri gerakan Taliban.
Seorang juru bicara PBB mengatakan para pemimpin Taliban telah berkomitmen untuk memberikan akses kemanusiaan kepada semua orang yang membutuhkan dan untuk menjamin kebebasan bergerak bagi semua pekerja kemanusiaan, baik laki-laki maupun perempuan.
Menurut PBB, 18 juta warga Afghanistan, hampir setengah dari populasinya, membutuhkan bantuan kemanusiaan.
(ita/ita)
Sumber : https://news.detik.com/