Jakarta – Wakil ketua MPR RI, Lestari Moerdijat memaparkan sebuah disertasi berjudul ‘Transformasi Pengelolaan Organisasi di Daerah Pasca Bencana dan Pasca Konflik Studi Kasus Yayasan Sukma dan Sekolah Sukma Bangsa di Aceh’. Penyampaian disertasi tersebut dilaksanakan saat sidang terbuka promosi Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Pelita Harapan, Jumat (3/9).
Disertasi tersebut memiliki kesimpulan yaitu transformasi pengelolaan organisasi dinamis menciptakan organisasi yang hidup, dan melalui dialektika memiliki kemampuan untuk mendorong terjadinya evolusi dan transformasi. Dalam penelitian ini pula, Lestari menjelaskan hubungan Learning Organization, Knowledge Creation, Dynamic Capabilities, Adaptive Resilience, dan Innovation Capacity, dalam studi kasus berganda yang menjelaskan keberadaan Yayasan Sukma dan tiga Sekolah Sukma Bangsa sebagai bagian dari organisasi yang integratif.
Rerie, sapaan akrab Lestari, menjelaskan alasannya memaparkan disertasi ini lantaran memiliki latar belakang Aceh pascabencana dan pascakonflik tahun 2004. Dalam sidang tersebut, Rerie juga mengungkapkan learning organization yang dinyatakan sebagai satu-satunya faktor dalam organisasi, tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan sejumlah faktor lain sebagai daya dorong untuk proses berjalannya organisasi.
“Dalam 15 tahun terakhir, Yayasan Sukma yang memulai kegiatan dengan membangun sekolah di Aceh dan mendapatkan penolakan dari masyarakat setempat, berhasil melembagakan peacebuilding school yang inklusif, mengembangkan model manajemen konflik berbasis sekolah, menerbitkan jurnal pendidikan dengan akreditasi SINTA 4, menerbitkan puluhan buku karya guru dan siswa dan mengasuh kolom tetap di harian nasional,” ujar Rerie dalam keterangannya, Sabtu (4/9/2021).
Rerie menambahkan, sekolah tersebut bahkan berhasil menghasilkan 30 guru bergelar master in Teaching Education dari Finland University, menjadi teacher training center bagi sekolah-sekolah lain, hingga kegiatan di luar pendidikan, seperti membebaskan sandera Abu Sayyaf dan menyelenggarakan kenduri kebangsaan sebagai rekonsiliasi pasca pemilu 2019.
“Untungnya, sense of belonging masyarakat pada sekolah yang diberi nama Sekolah Sukma Bangsa itu terbentuk hingga membuat perjanjian serah terima sekolah kepada pemerintah daerah yang awalnya ditolak masyarakat di 2018, mengalami perubahan penerimaan yang positif. Selain itu, atas permintaan beberapa stakeholder, dibuat pula sebuah addendum dimana Yayasan Sukma akan tetap menjadi pengelola sekolah sampai batas waktu yang disepakati,” imbuh dia.
Perubahaan penerimaan tersebut tak lepas dari empat periodisasi perjalanan Yayasan dan Sekolah Sukma Bangsa sebagai sebuah organisasi, ungkap Rerie, contohnya seperti spiritual belief dan funding commitment, yang terjadi baik dalam keterkaitan secara parsial, dan/atau keterkaitan secara komprehensif.
“Implikasi praktisnya, bagi organisasi yang berhadapan dengan situasi kompleks, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan penuh kasih baik di tingkat menengah hingga atas, untuk dapat memobilisasi sumber daya, serta meneguhkan nilai-nilai yang dibangun dalam organisasi,” ujar Rerie.
Lebih lanjut, Rerie menambahkan, dalam manajemen organisasi, selain mengaplikasikan organisasi belajar, penciptaan pengetahuan, kapasitas dinamis, daya tahan tangguh, dan kapasitas inovasi, juga harus mampu menganalisis dan mengevaluasi situasi yang terjadi dalam rangka menciptakan budaya baru yang mengintegrasikan modernitas dan kearifan lokal.
Bagi organisasi atau korporasi yang hendak atau telah melakukan hal serupa, Rerie menghimbau agar organisasi tersebut harus memahami kecepatan respon, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, inovasi, serta komitmen termasuk komitmen finansial dan keyakinan (spiritual belief) yang menjadi syarat keberlangsungan kegiatan dalam jangka panjang.
Rerie berharap, pemerintah daerah dapat mereduksi birokrasi yang memperlambat pengambilan keputusan, mempermudah proses administrasi dan pelayanan publik, dan melaksanakan monitoring.
Dalam sidang terbuka yang dipimpin oleh Rektor Universitas Pelita Harapan, Dr. (Honoris Causa) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc. itu, hadir pula Prof. Dr. Hendrawan Supratikno, MBA. (Promotor), Dra. Gracia Shinta S. Ugut., MBA, Ph.D. (Dekan FEB UPH dan Ko-Promotor), Dr. H. Khoiruddin Bashori, M.Si. (Ko-Promotor), Dr. Ir. Rudy Pramono, M.Si. (Ko-Promotor), Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Oponen Ahli), Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA. (Oponen Ahli), dan Prof. Badri Munir Sukoco, MBA. Ph.D. (Oponen Ahli).
(prf/ega)
Sumber : https://news.detik.com/